About

Rumah Yatim Indonesia

MULIA KITA DENGAN MEMBERI, ABADIKAN YANG TERSISA DENGAN SEDEKAH

Rumah Yatim Indonesia

MULIA KITA DENGAN MEMBERI, ABADIKAN YANG TERSISA DENGAN SEDEKAH

Rumah Yatim Indonesia

MULIA KITA DENGAN MEMBERI, ABADIKAN YANG TERSISA DENGAN SEDEKAH

Rumah Yatim Indonesia

MULIA KITA DENGAN MEMBERI, ABADIKAN YANG TERSISA DENGAN SEDEKAH

Rumah Yatim Indonesia

MULIA KITA DENGAN MEMBERI, ABADIKAN YANG TERSISA DENGAN SEDEKAH

Senin, 30 September 2013

KAMBING SI EMAK, Rumah Yatim

Saya seorang Pedagang tahunan Kambing Qurban, ingin mengisahkan satu kesan yang gak pernah saya lupa ......


waktu itu.....Setelah melayani pembeli, saya melihat seorang ibu sdg memperhatikan dagangan kami. Dilihat dari penampilannya sepertinya dia tdk akan beli.
Namun saya coba hampiri dan menawarkan. 

“Silahkan bu.."
“Kalau yg itu berapa bang?” Ibu itu menunjuk hewan yg paling murah.
"Kalau yg itu harganya 1.2jt bu", jawab saya.
"Harga pasnya berapa?"
"1.1 deh. harga segitu untung saya kecil bu, tapi biarlah.."
“Uang saya Cuma ada 1 jt, boleh gak?”.

Waduh..saya bingung, karena itu harga modal kami, karena melihat kesungguhan si ibu, saya akhirnya putuskan untuk gak ambil untung dari kambing yang itu. “ya udahlah, Biarlah bu.....” kata saya.


Saya pun mengantar hewan ibu.
Ketika sampai di rumah ibu tersebut, saya terkejut..!.

"Astaghfirullaah.. Allahu Akbar..!"
Terasa mengigil seluruh badan saya ketika melihat keadaan rumah ibu tersebut.


Ibu itu hanya tinggal bertiga dgn ibunya yang sudah nenek-nenek dan satu orang anaknya di rumah gubuk berlantai tanah.
Saya tidak melihat tempat tidur/ kasur, yang ada hanya dipan kayu beralas tikar lusuh.

Diatas dipan, sedang tertidur seorang nenek tua kurus.
“Mak..bangun mak, nih liat Sumi bawa apa..." Perempuan tua itu terbangun.

“Mak Sumi udah beliin kambing buat emak qurban, ntar kita bawa ke Masjid ya mak..."


Orang tua itu kaget namun terlihat sorot bahagia di matanya.
Sambil mengelus-elus kambing, orang tua itu berucap, "Alhamdulillah... akhirnya kesampaian juga emak berqurban..."

“Nih bang duitnya, maaf ya kalau saya nawarnya ke murahan, saya hanya kuli cuci, saya sengaja kumpulkan uang untuk beli kambing yg mau saya niatkan buat qurban ibu saya..."


Duh GUSTI... Ya Allah....Ampuni dosa hamba... Hamba malu berhadapan dengan hambaMU yg satu ini.

HambaMU yg satu ini Miskin Harta tapi dia kaya Iman. berlinang air mataku, betapa aku yang pedagang kambing ini begitu beratnya menyisihkan keuntungan buat berqurban, kulitku bergetar dan aku yakin 'Arsy pun bergetar mendengar kalimat dari ibu ini.


“Bang nih ongkos bajajnya.!" panggil si Ibu.
“Sudah bu, biar ongkos bajaj saya yg bayar aja."

Sahabat, kenapa bu sumi si tukang cuci begitu kuat keinginannya berqurban untuk keluarganya ?

Ya, Qurban bukanlah sekedar ritual tahunan, untuk menunjukkan eksistensi kekayaan kita dihadapan orang-orang disekitar kita yang kebetulan jarang makan daging

Tapi, Qurban adalah sebuah BUKTI NYATA KETAATAN dan KEIKHLASAN kita sebagai sebagai seorang HAMBA yang harus patuh secara totalitas terhadap AjaranNYA

Karena Qurban adalah sebuah napak tilas dari sang NABI yang sangat PATUH, LURUS dan IKHLAS atas Perintah Tuhannya untuk MENYEMBELIH ANAKNYA, buah hati yang sangat dicintainya dan tak mungkin ditukar dengan kekayaan sebanyak apapun, dialah Nabi Ibrahim seorang Nabi yang memiliki karya sangat monumental yang hingga kini dinapaktilasi oleh seluruh ummat di Dunia,

Sementara, kita tidak diperintah mengorbankan buah hati kita atau seluruh kekayaan kita, namun hakikatnya kita disuruh berqurban dari harta atau kekayaan yang sedang kita cintai, agak berat memang, tapi KETAATAN KITA ITU PERLU BUKTI NYATA.

Bagi kita yang ingin ber-Qurban di Rumah Yatim Indonesia, silahkan transfer dana :

Untuk 1 ekor Kambing = Harga minimum Rp.1.700.000,- dan Maksimum Rp.2.500.000,-

Untuk 1 ekor Sapi = Harga Minimum Rp.12.500.000,-
dan maksimum Rp.20.000.000,- lalu kirim SMS :

" Bismillah, nama, niat ber-qurban.........ekor...........Rp..............karena Allah SWT " ke 081313999801 / 087885554556



By : MOTIVATOR IDEOLOGIS, WhatsApp 087885554556 = JALUR CURHAT TANPA BATAS
-----------------------------------
MULIA KITA DENGAN MEMBERI, ABADIKAN YANG TERSISA DENGAN SEDEKAH bersama http://www.rumah-yatim-indonesia.blogspot.com/
------------------------------------
Rekening Rumah Yatim Indonesia

Bank BCA :
054 0766 100 Cabang Tasikmalaya atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

Bank MANDIRI :
131 0010 47 1011 Cab.Tasikmalaya, atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

Bank MUAMALAT:
151 001 9138 Cab.Tasikmalaya, atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

Bank SYARIAH MANDIRI :
70 323 61 948 Cab.Tasikmalaya, atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

Bank BNI :
0244 928 496 Cab.Tasikmalaya, atas nama Rumah Yatim Indonesia

BNI Syari'ah :
65 235 181 41 Cab.Tasikmalaya, atas nama Rumah Yatim Indonesia

Bank BRI :
01000 1055 2255 02 Cab.Tasikmalaya, atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

Bank bjb :
001 777 8552 100 Cab.Tasikmalaya, atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

Bagi Anda YANG INGIN konfirmasi silahkan SMS atau Hubungi ke 081313999801 atau 087885554556

KETIKA MAKAN MULAI HAMBAR, Rumah Yatim

Acara makan malam itu berlangsung hambar. Padahal restoran tempat suami istri itu bersantap sudah dipesan secara khusus. Tak ada pelanggan lain, hanya mereka berdua yang ada di restoran dengan cita rasa masakan bertaraf internasional itu.

Si istri menghentikan makannya dan bertanya kepada si suami, “Kenapa kau tidak makan?”

“Akhir-akhir ini, mengapa makanan apa pun yang kusantap tak lagi terasa nikmat? Padahal kita sudah makan di restoran mewah. Kita pun sudah memesan masakan yang paling lezat,” keluh si suami. “Dahulu makanan kita sederhana saja, bahkan untuk mendapatkannya susah. Tapi mengapa ketika itu rasanya sangat nikmat?” keluhnya lagi sambil mengaduk-aduk makanan di piring tanpa semangat

Istrinya berkata, “Kita mampu membeli makanan lezat, tapi kita tak sanggup membeli nikmatnya makan.”

“Rasanya tidak ada yang salah pada diriku. Aku sudah mencari uang dengan cara yang halal. Seharusnya aku dapat menikmati hidangan ini. Lagi pula perutku memang lapar. Kini makan bagiku seperti rutinitas saja, tak ada kenikmatan di dalamnya,” si suami berterus terang.

Istrinya pun terbayang masa-masa lalu, saat rumah tangga mereka masih kesusahan. Dia beserta anak-anaknya menanti si suami di rumah dengan perut keroncongan. Hingga larut malam suaminya baru pulang dengan membawa sebungkus nasi untuk dimakan bersama. Tentu saja sebungkus nasi itu tidak cukup, tapi sungguh terasa nikmat.

Pagi-pagi mereka mulai berhemat. Kalau ada uang mereka membeli singkong goreng untuk mengganjal perut hingga siang. Jika tidak ada, mereka cukup meminum teh pahit hangat. Meskipun begitu, teh pahit itu terasa nikmat sekali di perut mereka yang kelaparan. Dalam kondisi serba kekurangan, selalu ada kebahagiaan di meja makan mereka.

Semua kenikmatan itu berangsur-angsur hilang. Semenjak karier suami meningkat, rezeki pun berlimpah ruah. Anak-anak bisa sekolah dan kuliah di luar negeri. Soal makan tentu sudah bukan masalah lagi. Hampir setiap hari mereka bisa makan direstoran.

“Keberkahan, suamiku! Ya, keberkahanlah yang telah hilang dari hidup kita. Dulu kita mendapatkannya dengan susah payah sehingga makanan murah pun terasa lezat.

Kini kita mendapatkannya dengan amat mudah, tapi kita kehilangan kenikmatannya,” si istri berkata lirih.

‘Apakah kita harus miskin lagi supaya merasakan nikmatnya makan?” ucap si suami dengan gusar dan sedikit emosi.

Untuk beberapa waktu istrinya terdiam. Bukan karena takut, melainkan merenungi hakikat kebahagiaan. Ternyata makanan lezat belum tentu membahagiakan.

Setelah berpikir, si istri kembali buka suara, “Aku kira kita tidak perlu menjadi miskin lagi. Toh, memiliki kekayaan banyak manfaatnya. Kita bisa meringankan penderitaan orang-orang yang tak punya.”

Lalu si istri menawarkan solusi, “MungkIn kita bisa berbagi makanan dengan orang-orang yang kelaparan. Sekali-sekali kita juga perlu makan di tempat-tempat yang memprihatinkan. Kita harus mencoba makan bersama mereka yang kurang beruntung.”

“Tidak ada salahnya mencoba. Siapa tahu ada hikmah yang bisa kita dapatkan,” jawab suaminya. Meski rezeki kita halal, tapi ada hak-hak orang lain di dalamnya. Dalam makanan kita juga ada hak mereka yang kelaparan. Maka suami istri itu pun meniru Umar bin Khattab yang pernah menggendong sekarung gandum ke gubuk seorang janda tua yang kelaparan bersama anak-anaknya yang masih kecil. Suami istri itu pun mencari anak-anak yang telantar dan memberi mereka makanan yang layak. Semula mereka jijik makan bersama warga kolong jembatan. Lambat laun mereka justru merasakan kenikmatan yang pernah hilang.

“Tak terhitung nikmat Allah yang kita peroleh. Saking banyaknya kita lupa bersyukur. Perut kita pun tak mampu lagi menampung semua rezeki ini. Dengan berbagi kita lebih mensyukuri nikmat Allah,” ujar si suami dengan wajah sumringah.

Kenikmatan itu mudah dirasakan setelah bersusah payah. Nikmatnya rejeki akan terasa saat kita mau berbagi dengan mereka yang kurang beruntung. Orang beriman lebih mementingkan kebahagiaan jiwa daripada kebahagiaan fisiknya. Berbagilah sebanyak-banyaknya, niscaya kebahagiaan akan datang lebih banyak lagi.

By : MOTIVATOR IDEOLOGIS, WhatsApp 087885554556 = JALUR CURHAT TANPA BATAS
-----------------------------------
MULIA KITA DENGAN MEMBERI, ABADIKAN YANG TERSISA DENGAN SEDEKAH bersama http://www.rumah-yatim-indonesia.blogspot.com/
------------------------------------
Rekening Rumah Yatim Indonesia

Bank BCA :
054 0766 100 Cabang Tasikmalaya atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

Bank MANDIRI :
131 0010 47 1011 Cab.Tasikmalaya, atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

Bank MUAMALAT:
151 001 9138 Cab.Tasikmalaya, atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

Bank SYARIAH MANDIRI :
70 323 61 948 Cab.Tasikmalaya, atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

Bank BNI :
0244 928 496 Cab.Tasikmalaya, atas nama Rumah Yatim Indonesia

BNI Syari'ah :
65 235 181 41 Cab.Tasikmalaya, atas nama Rumah Yatim Indonesia

Bank BRI :
01000 1055 2255 02 Cab.Tasikmalaya, atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

Bank bjb :
001 777 8552 100 Cab.Tasikmalaya, atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

Bagi Anda YANG INGIN konfirmasi silahkan SMS atau Hubungi ke 081313999801 atau 087885554556

TANYA JAWAB SEPUTAR QURBAN, Rumah Yatim

Pertanyaan:
Bolehkan berqurban dengan hewan betina?

Jawab:
Dalam keriteria dan syarat hewan qurban tidak ada ketentuan jenis kelamin. Artinya kita boleh berquban dengan hewan jantan maupun yang betina. Landasannya adalah hadits tentang aqiqah yang diriwayatkan oleh Umu Kurzin, Rasulullah bersabda: 

“Aqiqah untuk anal laki-laki dua kambing dan anak perempuan satu kambing. Tidak jadi masalah jantan maupun betina.” (HR. Ahmad 27900 & An Nasa’i 4218 dan dishahihkan Syaikh Al Albani).

Berdasarkan hadis ini, Al Fairuz Abadzi As Syafi’i mengatakan, “Jika dibolehkan menggunakan hewan betina ketika aqiqah berdasarkan hadis ini, menunjukkan bahwa hal ini juga boleh untuk berqurban.” Yang jelas, daging binatang jantan lebih baik dan binatang betina lebih empuk. (Al Muhadzab 1/74)

Pertanyaan:
Apa sajakah syarat sah qurban?

Jawab:
Syarat yang harus dipenuhi oleh orang yang hendak berqurban adalah:

1. Hendaknya hewan yang akan dia qurbankan berupa binatang ternak, yaitu unta, sapi dan kambing, baik domba atau kambing biasa.

2. Hewan tersebut telah sampai usia yang dituntut syari’at berupa jaza’ah (berusia setengah tahun) dari domba atau tsaniyyah (berusia setahun penuh) dari yang lainnya.

a. Ats-Tsaniy dari unta adalah yang telah sempurna berusia lima tahun
b. Ats-Tsaniy dari sapi adalah yang telah sempurna berusia dua tahun
c. Ats-Tsaniy dari kambing adalah yang telah sempurna berusia setahun
d. Al-Jadza’ adalah yang telah sempurna berusia enam bulan

3. Hendaknya hwan tersebut terbebas dari aib (cacat) yang mencegah keabsahannya, yaitu apa yang telah dijelaskan dalam hadits Nabi.
a. Buta sebelah yang jelas/tampak
b. Sakit yang jelas.
c. Pincang yang jelas
d. Sangat kurus, tidak mempunyai sumsum tulang
Dan hal yang serupa atau lebih dari yang disebutkan di atas dimasukkan ke dalam aib-aib (cacat) ini, sehingga tidak sah berqurban dengannya, seperti buta kedua matanya, kedua tangan dan kakinya putus, ataupun lumpuh.

4. Hewan qurban tersebut milik orang yang berqurban atau diperbolehkan (di izinkan) baginya untuk berqurban dengannya. Maka tidak sah berqurban dengan hewan hasil merampok dan mencuri, atau hewan tersebut milik dua orang yang beserikat kecuali dengan izin teman serikatnya tersebut.

5. Tidak ada hubungan dengan hak orang lain. Maka tidak sah berqurban dengan hewan gadai dan hewan warisan sebelum warisannya di bagi.

6. Penyembelihan qurban harus terjadi pada waktu yang telah ditentukan syariat. Maka jika disembelih sebelum atau sesudah waktu tersebut, maka sembelihan qurbannya tidak sah

Pertanyaan:
Mana yang lebih utama, berqurban dengan menyembelih sapi atau domba ?

Jawab: :
Berqurban yang paling utama adalah dengan unta, kemudian sapi kemudian kambing kemudian unta atau sapi yang disembelih oleh tujuh orang berserikat, berdasarkan hadits Nabi tentang shalat Jum’at ( barang siapa pergi ( ke masjid untuk shalat Jum’at ) pada jam pertama maka seakan-akan dia telah berqurban dengan seekor unta, dan barang siapa pergi pada jam kedua maka seakan-akan dia telah berqurban dengan seekor sapi, dan barang siapa pergi pada jam ketiga maka seakan-akan dia telah berqurban dengan seekor domba yang bertanduk, dan barang siapa pergi pada jam keempat maka seakan-akan dia telah berqurban dengan seekor ayam, dan barang siapa pergi pada jam kelima maka seakan-akan dia telah berqurban dengan sebutir telur. (HR. Ahmad, Malik, Bukhari, Muslim, Abu Daud dan Tirmidzi)

Hadits di atas menunjukkan mufadhalah (mengutamakan satu dengan lainnya), dalam mendekatkan diri kepada Allah antara unta, sapi dan kambing, dan tidak diragukan bahwa berqurban adalah termasuk ketaatan yang paling agung di sisi Allah Ta’ala, dan karena unta lebih mahal, lebih banyak dagingnya dan manfaatnya, pendapat ini dikeluarkan oleh Abu Hanifah, Syafi’I dan Ahmad, namun Imam Malik berkata : yang utama adalah (berqurban) dengan domba yang berumur enam bulan masuk ke bulan ke tujuh dari umurnya, kemudian dengan sapi kemudian dengan unta, karena Nabi selalu berqurban dengan dua ekor domba, dan Rasulullah tidak melakukan kecuali yang lebih utama.

Jawaban atas pendapat Imam Malik adalah bahwa Rasulullah kadang-kadang memilih yang tidak utama untuk meringankan ummat, karena mereka akan selalu berusaha mencontohnya, dan dia tidak suka memberatkan ummatnya, dan dia telah menerangkan keutamaan unta dari sapi dan kambing sebagaimana hadits di atas.

Pertanyaan:
Siapakah yang berhak menerima daging hewan qurban, dan apa hukumnya mereka yang memberikan daging hewan qurban kepada yang menyembelih, dan juga kebanyakan kaum muslimin di negeri kami, jika mereka menyembelih seekor kambing, maka mereka tidak langsung membagikan dagingnya pada hari itu juga, dan mereka mendiamkannya sampai hari esok, dan saya tidak mengetahui , apakan yang sedemikian itu sunnah, atau dalam melakukan yang sedemikian mendapatkan pahala ?

Jawab:
Yang berqurban hendaknya memakan sebagian daging qurbannya, memberikan sebagiannya kepada kaum faqir untuk memenuhi hajat mereka pada hari itu, kepada kerabat untuk menyambung silaturrahmi, kepada tetangga untuk membatu mereka dan teman untuk memperkuat persaudaraan, dan bersegera memberikannya pada hari ied adalah lebih baik dari menundanya sampai hari esok atau sesudahnya guna melapangkan kebutuhan mereka pada hari itu, dan memasukkan kegembiraan di hati mereka pada hari itu, dan karena umumnya perintah Allah (Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi (QS. 3:133) Dan firman-Nya (Maka berlomba-lombalah kamu (dalam membuat) kebaikan. (QS. 2:148) Dan boleh memberikan sebagian dari daging qurban kepada yang menyembelih tetapi bukan sebagai upah penyembelihan, dan upahnya diberikan dari yang lainnya.

Ada pertanyaan lainnya ? Silahkan........

Bagi kita yang berencana berqurban, Rumah Yatim Indonesia siap menerima amanah Qurban Anda :
1 Sapi Rp.12.500.000,-
1 Kambing atau Domba Rp.2.500.000,-

Boleh dititip mulai sekarang ke Rekening Rumah Yatim Indonesia.

Lalu konfirmasi SMS, " BISMILLAH, NAMA, NIAT BERQURBAN DENGAN 1 EKOR.........Rp..........KARENA ALLAH SWT ". Ke 081313 999 801 atau 087 88 555 4556.

Rekening Rumah Yatim Indonesia

Bank BCA :
054 0766 100 Cabang Tasikmalaya atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

Bank MANDIRI :
131 0010 47 1011 Cab.Tasikmalaya, atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

Bank MUAMALAT:
151 001 9138 Cab.Tasikmalaya, atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

Bank SYARIAH MANDIRI :
70 323 61 948 Cab.Tasikmalaya, atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

Bank BNI :
0244 928 496 Cab.Tasikmalaya, atas nama Rumah Yatim Indonesia

BNI Syari'ah :
65 235 181 41 Cab.Tasikmalaya, atas nama Rumah Yatim Indonesia

Bank BRI :
01000 1055 2255 02 Cab.Tasikmalaya, atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

Bank bjb :
001 777 8552 100 Cab.Tasikmalaya, atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

BELAJAR BERKORBAN DARI PEDAGANG KECIL,Rumah Yatim

                           ( Siapkan tisu sebelum membaca kisah ketulusan yang menusuk ruhiyah kita ini )

Seorang pria berumur 61 tahun bernama Asep Sudrajat menghidupi keluarganya dengan membuka sebuah toko berukuran 3 x 4 meter di sebuah jalan di kota Bandung. Tiada yang mendampingi hidupnya di rumah selain Asih, istrinya. Sudah puluhan tahun berumah tangga, Allah Swt. Sang Maha Pencipta belum berkenan memberikan mereka keturunan.

Namun, baik Asep dan Asih adalah model makhluk Allah yang menerima segala ketetapan. Mereka selalu menghiasi hidup dengan pengharapan terhadap Tuhan. Bersyukur atas segala nikmat yang mereka terima, dan bersabar atas segala ujian yang diberikan.

Hampir dua puluh tahun mereka menabung demi mewujudkan cita-cita. Sebuah cita-cita mulia yang mereka tanamkan dalam hati, untuk berangkat haji ke Baitullah, Mekah Al-Mukarramah.

Dengan hasil dagang di toko yang seadanya, sedikit demi sedikit mereka sisihkan untuk menggapai cita-cita itu. Hanya ibadah haji saja dalam benak mereka yang belum pernah mereka lakukan. Keinginan itu terus membuncah, menggelegak dalam dada seorang hamba yang rindu akan keridhaan Tuhannya.

Hasil tabungan yang mereka kumpulkan tidak mereka tabung di bank. Sengaja uang sejumlah itu mereka simpan agar dapat memotivasi semangat mereka untuk mencari tambahan uang sesegera mungkin. Sungguh dua puluh tahun dalam menabung, merupakan masa yang cukup panjang untuk bersabar demi mewujudkan ketaatan kepada Tuhan. Tidak banyak, manusia modern di zaman sekarang yang mampu memiliki niat sedemikian.

Malam itu, Asep dan Asih sekali lagi menghitung jumlah tabungan mereka. Uang yang mereka simpan untuk berhaji itu kini berjumlah Rp. 50.830.000. Sementara biaya haji pada saat itu berkisar kurang lebih Rp. 27 juta per orang, belum lagi biaya bimbingan haji yang harus mereka ikuti, ditambah dengan uang jajan tambahan untuk membeli oleh-oleh. Mereka menghitung, kurang lebih mereka memerlukan dana berkisar Rp. 10 juta. Setiap malam berlalu, Asep dan Asih selalu menghitung peruntungan jualan mereka, dan sebagiannya mereka sisihkan untuk mewujudkan cita-cita berhaji.

Suatu pagi, Asep mendengar kabar bahwa kawan karibnya dalam berjamaah shalat di Masjid Ash-Shabirin jatuh sakit secara mendadak dan kini dirawat di salah satu rumah sakit di Bandung. Setelah divisum oleh dokter rupanya penyakit yang diderita tetangga sekaligus kawan karibnya itu adalah penyakit tumor tulang. Sebuah penyakit yang jarang terjadi pada masyarakat Indonesia.

Bersegeralah, Asep menjenguk kawan karibnya itu. Sesampainya di sana, sahabat tersebut masih berada di ruang ICU dan untungnya masih sadarkan diri sehingga dapat melakukan percakapan dengan Asep. Dan penuturannya Asep mengetahui bahwa tumor tulang tersebut telah membuat tetangganya tidak mampu untuk berdiri lagi, dan tumor tersebut harus diangkat segera. Sebab bila tidak, maka tumor tersebut dapat menjalar ke bagian tubuh lain. Asep bergidik mendengarnya. Namun ia masih terus membesarkan hati sahabatnya itu untuk senantiasa tawakal dan berdoa kepada Allah Swt. Yang Maha Menyembuhkan setiap penyakit hamba-Nya.

Hampir setiap hari Asep menjenguk sahabatnya itu. Pada hari kedelapan, sahabatnya itu telah dipindah ke ruang rawat inap kelas 3, bersama tujuh pasien lainnya dalam satu kamar. Kamar tersebut pengap dengan bau obat, dan tidak layak disebut sebagai kamar rumah sakit. Pemandangan yang berantakan. Jemuran baju pasien dan pendamping yang bertebaran di sepanjang jendela. Sprei kasur yang tidak rapi. Tikar dan koran bertebaran di pojok-pojok kamar. Itu semua membuat pemandangan kamar menjadi tidak asri dan pengap.

Namun apa mau dikata, tetangganya adalah seorang yang mungkin memilik nasib sama dengan jutaan orang di Indonesia. Sudah masuk rumah sakit saja Alhamdulillah, nggak tahu bayarnya pakai apa?

Hari itu adalah hari kesebelas sahabatnya dirawat di rumah sakit. Kebetulan Asep sedang berada di sana, seorang perawat membawakan sebuah surat dari rumah sakit bahwa untuk membuang tumor yang berada di sendi-sendi tulang pasien haruslah dijalankan sebuah operasi. Operasi itu akan menelan biaya hampir Rp. 50 juta. Bila keluarga pasien mengharapkan kesembuhan, maka operasi tersebut harus dilakukan. Namun kalau mau berpasrah kepada takdir Allah, maka tinggal berdoa saja agar terjadi keajaiban.

Siapa orangnya yang tidak mau sembuh dan penyakit? Semua orang pun berharap sedemikian. Namun mau bilang apa? Keluarga sahabat Asep tersebut sudah menguras habis tabungan yang mereka miliki, namun itu semua untuk bayar biaya rumah sakit selama ini saja tidak cukup. Apalagi untuk membiayai proses operasi? Sungguh, yang mampu mereka lakukan adalah memohon pertolongan kepada Allah Swt.

Hari kedua belas, ketiga belas, keempat belas.... kondisi pasien semakin parah. Badannya terlihat kurus tak bertenaga. Kelemahan itu terlihat jelas dalam sorot cahaya mata yang kian meredup. Sang pasien tidak mampu lagi menanggapi lawan bicara. Tumor itu semakin mengganas dan menjalar ke seluruh tubuh. Pemandangan itu semakin menyentuh relung hati Asep yang terdalam. Maka di pinggir ranjang sahabatnya, Asep pun mengambil sebuah keputusan besar.

Setelah berpamitan dengan keluarga sahabatnya, ia bergegas pulang menuju rumah. Di sana terlihat olehnya Asih sedang melayani pembeli yang datang ke toko sederhana milik mereka. Saat pembeli sudah sepi, Asep lalu menyampaikan keputusannya itu kepada Asih.

“Bu, Kang Endi tetangga kita yang sedang di rawat di rumah sakit itu kondisinya semakin memburuk. Bapak tidak sanggup melihat penderitaannya. Sepertinya kita harus bantu dia dan keluarganya. Tiga hari lalu, kebetulan bapak sedang di sana, seorang suster memberitahukan bahwa Kang Endi harus dioperasi segera. Keluarganya belum berani menyatakan iya, sebab biaya operasi itu hampir Rp. 50 juta.” Asep membuka pembicaraannya dengan kalimat yang panjang.

Asih pun mulai merasa iba dengan penderitaan Kang Endi dan keluarganya, “Kasihan mereka ya, Pak! Kita bisa bantu apa?”

Asep pun langsung menyambung dengan cepat, “Kalau ibu berkenan, bagaimana bila dana tabungan haji kita diberikan saja kepada mereka semua untuk biaya operasi?” Kalimat itu diakhiri dengan sebuah senyum merekah di bibir Asep.

“Diberikan?!! Waduh Pak, hampir duapuluh tahun kita nabung dengan susah payah agar cita-cita berhaji dapat diwujudkan. Masa bisa pupus seketika dengan membantu orang lain yang bukan saudara kita?” Asih mengajukan penolakan atas usulan suaminya.

“Bu, banyak orang yang berhaji belum tentu mabrur di sisi Allah. Mungkin ini adalah jalan buat kita untuk meraih keridhaan Allah Swt. Biarkan kita hanya berhaji di pekarangan rumah kita sendiri, tidak perlu ke Baitullah. Bapak yakin bila kita menolong saudara kita, Insya Allah, kita akan ditolong juga oleh Allah Yang Maha Kuasa.” Kalimat itu meluncur dari mulut Asep dan menohok relung hati Asih sehingga begitu membekas di dasar hatinya. Tak kuasa, Asih pun mengangguk dan setuju atas usul suaminya.
Keesokan pagi, Asep dan Asih pun datang berdua ke rumah sakit untuk menjenguk. Toko mereka ditutup hari itu. Mereka berdua datang ke rumah sakit dengan membawa sebuah amplop tebal berisikan uang sejumlah Rp. 50 juta yang tadinya mereka siapkan untuk berhaji.

Keduanya tiba di rumah sakit dan menjumpai Kang Endi dan keluarganya di sana. Usai membacakan doa untuk pasien, keduanya datang kepada istri Kang Endi. Mereka serahkan sejumlah uang tersebut, dan suasana menjadi haru seketika. Bagi keluarga Kang Endi ini adalah momen di mana doa diijabah oleh Tuhan. Sementara bagi Asep dan Asih, ini merupakan saat di mana keikhlasan menolong saudara harus ditunjukkan. Lalu pulanglah Asep dan Asih ke rumah setelah berpamitan kepada keluarga.

Uang itu kemudian segera dibawa oleh salah seorang anggota keluarga ke bagian administrasi rumah sakit. Formulir kesediaan menjalani operasi telah diisi. Besok pagi jam 08.00 operasi pengangkatan tumor di sendi-sendi tulang Kang Endi akan dilakukan. Alhamdulillah!

Esoknya, Kang Endi sudah dibawa ke ruang operasi. Sebelum dioperasi, dokter spesialis tulang yang selama ini menangani Kang Endi sempat berbincang dengan keluarga. “Doakan ya agar operasi berjalan lancar dan Pak Endi semoga lekas sembuh! Kalau boleh tahu, dari mana dana operasi ini didapat?” Dokter mencetuskan pertanyaan tersebut, karena ia tahu sudah berhari-hari pasien tidak jadi dioperasi sebab keluarga tidak mampu menyediakan dananya.

Istri Kang Endi menjawab, “Ada seorang tetangga kami bernama Pak Asep yang membantu, Alhamdulillah, dananya bisa didapat, Dok!”

“Memangnya, beliau usaha apa? Kok mau membantu dana hingga sebesar itu?” Dibenak dokter, pastilah Pak Asep adalah seorang pengusaha sukses.

“Dia hanya punya usaha toko kecil di dekat rumah kami. Saya saja sempat bingung saat dia dan istrinya memberikan bantuan sebesar itu!” Istri Kang Endi menambahkan.

Di dalam hati, dokter kagum dengan pengorbanan Pak Asep dan istrinya. Hatinya mulai tergerak dan berkata, “Seorang Pak Asep yang hanya punya toko kecil saja mampu membantu saudaranya. Kamu yang seorang dokter spesialis dan kaya raya, tidak tergerak untuk membantu sesama.”

Suara hati itu terus membekas dalam dada pak dokter. Pembicaraan itu usai, dan dokter pun masuk ke ruang operasi.

Alhamdulillah, operasi berjalan sukses dan lancar. Operasi memakan waktu hingga 4 jam lebih. Semua tumor yang berada pada tulang Kang Endi telah diangkat. Seluruh keluarga termasuk dokter dan perawat yang menangani merasa gembira.

Kang Endi tinggal menjalani masa penyembuhan pasca operasi. Pak Asep masih sering menjenguknya. Suatu hari kebetulan pak dokter sedang memeriksa kondisi Kang Endi dan Pak Asep pun sedang berada di sana.

Keduanya pun berkenalan. Pak dokter memuji keluasan hati Pak Asep. Pak Asep hanya mampu mengembalikan pujian itu kepada Pemiliknya, yaitu Allah Swt. Akhirnya, pak dokter meminta alamat rumah Pak Asep.

Beberapa minggu setelah Kang Endi pulang dari rumah sakit. Malam itu, Asep dan Asih tengah berada di rumahnya. Toko belum lagi ditutup, tiba-tiba ada sebuah mobil sedan hitam diparkir di luar pagar rumah. Nampak ada sepasang pria dan wanita turun dan mobil tersebut. Cahaya lampu tak mampu menyorot wajah keduanya yang kini datang mengarah ke rumah Pak Asep. Begitu mendekat, tahulah Pak Asep bahwa pria yang datang adalah pak dokter yang pernah merawat sahabatnya kemarin.

Gemuruh suasana hati Asep. Ia terlihat kikuk saat menerima kehadiran pak dokter bersama istrinya. Terus terang, seumur hidup, Pak Asep belum pernah menerima tamu agung seperti malam ini.

Dokter dan istrinya dipersilakan masuk. Setelah disuguhi sajian ala kadarnya, maka mereka berempat terlibat dalam pembicaraan hangat. Tidak lama pembicaraan kedua keluarga itu berlangsung, hingga saat pak Asep menanyakan maksud kedatangan pak dokter dan istri. Pak dokter menjawab bahwa ia datang hanya untuk bersilaturahmi kepada Pak Asep dan istri.

Pak dokter menyatakan bahwa ia terharu dengan pengorbanan Pak Asep dan istri yang telah rela membantu tetangganya yang sakit dan memerlukan dana cukup besar. Ia datang bersilaturahmi ke rumah Pak Asep hanya untuk mengetahui kondisi Pak Asep dan belajar cara ikhlas membantu orang lain yang sulit ditemukan di bangku kuliah. Semua kalimat yang diucapkan oleh pak dokter dielak oleh pak Asep dengan bahasa yang selalu merendah.


Tiba saat pak dokter berujar, “Pak Asep dan ibu, saya dan istri berniat untuk melakukan haji tahun depan. Saya mohon doa bapak dan ibu agar perjalanan kami dimudahkan Allah Swt. Saya yakin, doa orang-orang shaleh seperti bapak dan ibu akan dikabul oleh Allah.”

Baik Asep dan Asih menjawab serentak dengan kalimat, “Amin!”

Pak dokter menambahkan, “Selain itu, biar doa bapak dan ibu semakin dikabul oleh Allah untuk saya dan istri, ada baiknya bila bapak dan ibu berdoanya di tempat-tempat mustajab di kota suci Mekah dan Madinah.”

Kalimat yang diucapkan pak dokter kali ini sama-sama membuat bingung Asep dan Asih, sehingga membuat mereka berani menanyakan, “Maksud Pak Dokter?”

“Ehm, maksud saya, izinkan saya dan istri mengajak Bapak dan Ibu Asep untuk berhaji bersama kami, dan berdoa di sana sehingga Allah akan mengabulkan doa kita semua!”

Kalimat itu berakhir menunggu jawaban. Sementara jawaban yang ditunggu tidak kunjung datang hingga air mata keharuan menetes di pipi Asep dan Asih secara bersamaan. Beberapa menit keharuan meliputi atmosfir ruang tamu sederhana milik Asep dan Asih. Seolah bagai rahmat Tuhan yang turun menyirami ruh para hamba-Nya yang senantiasa mencari keridhaan Tuhan.

Asep dan Asih hanya mampu mengucapkan terima kasih berulang-ulang. Usai pak dokter pulang, keduanya tersungkur sujud mencium tanah tanda rasa syukur yang mendalam mereka sampaikan kepada Allah Yang Maha Pemurah. Akhirnya, mereka berempat pun menjalankan haji di Baitullah demi mencari keridhaan Allah Azza wa Jalla.

Sungguh, kesabaran panjang yang diakhiri dengan pengorbanan kebaikan, hingga Allah Swt pun ' iba' , dengan memberi balasan yang besar dan anugerah yang tiada terkira. Allahu Akbar......

By : MOTIVATOR IDEOLOGIS, WhatsApp 087885554556 = JALUR CURHAT TANPA BATAS
-----------------------------------
MULIA KITA DENGAN MEMBERI, ABADIKAN YANG TERSISA DENGAN SEDEKAH bersama http://www.rumah-yatim-indonesia.blogspot.com/
------------------------------------
Rekening Rumah Yatim Indonesia

Bank BCA :
054 0766 100 Cabang Tasikmalaya atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

Bank MANDIRI :
131 0010 47 1011 Cab.Tasikmalaya, atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

Bank MUAMALAT:
151 001 9138 Cab.Tasikmalaya, atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

Bank SYARIAH MANDIRI :
70 323 61 948 Cab.Tasikmalaya, atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

Bank BNI :
0244 928 496 Cab.Tasikmalaya, atas nama Rumah Yatim Indonesia

BNI Syari'ah :
65 235 181 41 Cab.Tasikmalaya, atas nama Rumah Yatim Indonesia

Bank BRI :
01000 1055 2255 02 Cab.Tasikmalaya, atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

Bank bjb :
001 777 8552 100 Cab.Tasikmalaya, atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

Bagi Anda YANG INGIN konfirmasi silahkan SMS atau Hubungi ke 081313999801 atau 087885554556

KEUTAMAAN QURBAN, Rumah Yatim

Ada beberapa pesan Rosulullah tentang keutamaan ber-Qurban :

"Apa keutamaan yang kami akan peroleh dengan qurban itu?" Rasulullah menjawab: "Setiap satu helai rambutnya adalah satu kebaikan."Mereka menjawab: "Kalau bulu-bulunya?"Rasulullah menjawab: "Setiap satu helai bulunya juga satu kebaikan." [HR. Ahmad dan ibn Majah]


............Subhaanallah, wuiiih jumlah rambut dan bulu kambing bisa ratusan ribu lho, kalo sapi mungkin jutaan kali ya, gak pernah ngitung sih, intinya buaanyak banget balasan kebaikan yang akan diberikan Allah SWT kepada kita


Dari Aisyah, Rasulullah SAW bersabda: "Tidak ada amalan anak cucu Adam pada hari raya qurban yang lebih disukai Allah melebihi dari mengucurkan darah (menyembelih hewan qurban), sesungguhnya pada hari kiamat nanti hewan-hewan tersebut akan datang lengkap dengan tanduk-tanduknya, kuku-kukunya, dan bulu- bulunya. Sesungguhnya darahnya akan sampai kepada Allah -sebagai qurban- di manapun hewan itu disembelih sebelum darahnya sampai ke tanah, maka ikhlaskanlah menyembelihnya."[HR. Ibn Majah dan Tirmidzi)


.............Masya Allah, inilah enaknya kita ya kalo jadi orang berduit, selalu saja ada investasi yang ditawarkan Allah SWT untuk mengamankan kehidupan Akhirat kita, wah rugi nih kalo gak ikutan investasi.....


Rasulullah SAW bersabda: "Siapa yang mendapati dirinya dalam keadaan lapang, lalu ia tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat Ied kami." [HR. Ahmad dan Ibnu Majah]


.............Wah, ternyata Rosulullah SAW marah ya, kalo kita ada kelebihan Rezeki tapi gak ikutan Qurban. Qurban Yuk !

Bagi kita yang ingin ber-Qurban di Rumah Yatim Indonesia, silahkan transfer dana :

Untuk 1 ekor Kambing = Harga minimum Rp.1.700.000,- dan Maksimum Rp.2.500.000,-

Untuk 1 ekor Sapi = Harga Minimum Rp.12.500.000,-
dan maksimum Rp.20.000.000,- lalu kirim SMS :

" Bismillah, nama, niat ber-qurban.........ekor...........Rp..............karena Allah SWT " ke 081313999801 / 087885554556

By : MOTIVATOR IDEOLOGIS, WhatsApp 087885554556 = JALUR CURHAT TANPA BATAS
-----------------------------------
MULIA KITA DENGAN MEMBERI, ABADIKAN YANG TERSISA DENGAN SEDEKAH bersama http://www.rumah-yatim-indonesia.blogspot.com/
------------------------------------
Rekening Rumah Yatim Indonesia

Bank BCA :
054 0766 100 Cabang Tasikmalaya atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

Bank MANDIRI :
131 0010 47 1011 Cab.Tasikmalaya, atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

Bank MUAMALAT:
151 001 9138 Cab.Tasikmalaya, atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

Bank SYARIAH MANDIRI :
70 323 61 948 Cab.Tasikmalaya, atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

Bank BNI :
0244 928 496 Cab.Tasikmalaya, atas nama Rumah Yatim Indonesia

BNI Syari'ah :
65 235 181 41 Cab.Tasikmalaya, atas nama Rumah Yatim Indonesia

Bank BRI :
01000 1055 2255 02 Cab.Tasikmalaya, atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

Bank bjb :
001 777 8552 100 Cab.Tasikmalaya, atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

Bagi Anda YANG INGIN konfirmasi silahkan SMS atau Hubungi ke 081313999801 atau 087885554556