About

Minggu, 12 Mei 2013

KEGUGURAN LAGI, Rumah Yatim

Siang itu, usai shalat Zuhur, seorang ibu berusia kira-kira hampir 40 tahun datang ke tempat saya bersama supirnya untuk menjemput. Ibu itu bernama Loli, -sebutlah demikian. Seorang ibu pebisnis, peduli masyarakat dan mencintai Allah sepenuh hati. Itu setidaknya deskripsi singkat yang saya tahu tentang beliau.

Perjalanan menuju tempat pertemuan di daerah Slipi penuh pembicaraan agama yang antusias. Saya bersyukur kepada Allah Swt. atas pertemuan yang sarat berkah ini. Hingga dalam babak-babak awal perjalanan, meluncurlah sebuah kalimat tanya dari mulut ini, “Ibu Loli sudah berapa anaknya?” Saya menganggap hal ini wajar ditanyakan sebagai pembuka bicara.

“Alhamdulillah belum punya, Pak!” jawabnya. Mendengarnya saya menyesal... tersedak...! Hampir saja saya meminta maaf atas pertanyaan tadi. Saya khawatir itu membuatnya sedih.

“Alhamdulillah, Allah belum kasih. Tapi saya senang kok! Mungkin Allah belum kasih saya anak supaya saya bisa mencintai-Nya selalu,” beliau menambahkan.

Saya mengira jawaban yang Ibu Loli lontarkan adalah jawaban orang sedih untuk membesarkan hati. Namun ternyata dugaan saya salah!

Ibu Loli bercerita kepada saya bahwa sudah 12 tahun ia menikah. Selama itu ia dan suami selalu berharap agar Allah Swt. memberi mereka anugerah keturunan. Selama itu ia selalu meminta kepada Allah apa yang ia inginkan berupa keturunan. Lama-kelamaan ia berpikir bahwa selama ini ia telah mendikte Allah Swt., seolah Allah tidak tahu kebutuhan hamba-Nya.

“Akhirnya saya jadi malu juga selalu meminta dalam berdoa kepada Allah. Sejak saat itu saya serahkan kepada-Nya apa yang terbaik untuk saya, dan saya semakin bertambah cinta kepada Allah,” jelas Ibu Loli.

Cinta kepada Allah terus tumbuh di hati Loli. Malah Allah hadirkan sebuah buku yang amat indah untuk dibaca dan buku itu berisikan tentang hubungan Allah dan hamba-Nya.

“Tiga kali saya baca buku itu, tiga kali saya hamil dan tiga kali saya keguguran...” Lolli berujar.

“Dalam buku itu saya membaca bab MENCINTAI ALLAH. Usai membaca bab itu hati saya senang dan Allah Swt. mentakdirkan saya hamil. Saya amat bergembira dan saya merawat kehamilan saya sebaik mungkin. Saya bersyukur kepada Allah Swt. atas karunia berharga ini.” “Namun begitu pindah ke bab TAWAKAL, saya merasa bahwa semua urusan hidup sudah Allah atur. Saya berpasrah kepada-Nya, dan setelah itu saya keguguran. Tetapi, saya dapati hati saya tidak sedih karenanya. Saya mencoba bersabar dan pasrah dengan ketentuan Allah Swt. Saya merasakan semuanya menjadi indah lho pak kalau kita pasrahkan pada ketentuanNya!” Tegas Ibu Loli.

Saya terdiam, menyimak dengan dalam setiap kalimatnya. Saya berharap Ibu Loli menjelaskan lagi lebih jauh bagaimana dia bisa melewati hal-hal getir dengan senyum dan sabar.

Ruangan RS bersalin itu dipenuhi 4 orang. Warna putih mendominasi di setiap sudut. Pucat setiap warna yang hadir dalam ruangan yang merebak aroma obat-obatan. Sepucat wajah keempat orang yang menemani Loli di dalamnya.

“Itu kali ketiga saya mengalami pendarahan dari rahim,” Bu Loli mencoba menjelaskan. Ia mengalami pendarahan cukup serius dari kehamilannya hingga ia jatuh pingsan. Suaminya segera membawa mobil dengan kencang ke RS bersalin tempat Loli selalu memeriksa kandungan. Kebetulan mama Loli yang berdomisili di Belanda beberapa hari itu ada di Jakarta dan mendampingi buah hatinya untuk menghadapi kejadian yang tidak mengenakan ini.

Mobil diparkir dan Loli pun dibawa segera ke ruang tindakan. Hanya dalam beberapa puluh menit dokter dan perawat yang menangani telah tahu hasil dari pendarahan yang terjadi. KEGUGURAN, itulah berita pahit yang akan mereka sampaikan.

Menetes air mata saat suami dan mama Loli mendengar berita dokter. Tubuh mereka berguncang dan bibir pun digigit untuk meredam duka. Tak terbayang betapa ujian ini terjadi berulang-ulang. Tiga kali sudah berarti Loli dan suaminya mengalami hal serupa setelah 12 tahun menikah.

Selang beberapa lama Loli siuman. Ia membuka mata dan ia dapati ada 4 orang yang ia kenal di sana. Mama, suami, dokter dan seorang perawat.

Loli menatapi satu per satu wajah mereka dengan seksama. Semuanya tersenyum, namun senyum tersebut tidak menyibak ketulusan. Loli menduga bahwa ada hal yang mereka sembunyikan dari dirinya. Pandangan pun ia lemparkan ke arah dokter. Loli pun bertanya, “Dokter, saya keguguran ya?!”

Sang dokter tak sanggup berkata apa-apa. “Dokter, saya keguguran ya?! Dokter, saya keguguran ya?!” Berkali-kali Loli bertanya kepada dokter, namun dokter tak mau bicara. “Dokter, saya keguguran ya?! Ah pak dokter, bilang aja kalau saya keguguran! Saya ikhlas kok kalau memang benar begitu,” ujar Loli.

Karena didesak berkali-kali, dokter pun menyampaikan seadanya. Suami dan Mama Ibu Loli kembali meneteskan air mata, tak sanggup mereka bayangkan betapa hati Loli akan menderita. Namun aneh, Loli tak sedikit pun menunjukkan gurat kesedihan, hingga akhirnya ia pun dibawa pulang ke rumah.

“Betul lho Pak, saya gak sedih saat itu. Saya pasrah banget sama Allah! Saya sendiri bingung, kok punya perasaan yang amat beda dengan kebanyakan orang. Hingga dalam perjalanan pulang malam itu, ibu saya bilang, “Loli, Mama bingung sama kamu, kok kamu gak ada sedih-sedihnya sedikitpun. Mama aja sampai nangis berkali-kali mikirin nasibmu. Eh, orang yang ditangisin cuma bisa cengengesan doang!” jelas Bu Loli bersemangat.

Saya kagum sekali menyimak cerita ini. Betapa indah buah keimanan yang Allah berikan kepada Ibu Loli. Hingga manisnya nikmat dan getirnya musibah dapat dirasakan dengan kesyukuran dan kesabaran.

Saya kagum dan salut, dalam hati saya bergumam, “Hebat... hebat... hebat... dan mengagumkan sosok ibu yang satu ini!” Sebagaimana Rasulullah Saw. mengatakan hal serupa kepada setiap mukmin yang bersyukur dan bersabar bahwa mereka teramat mengagumkan.


“Sungguh mengagumkan keadaan orang mukmin. Keadaan mereka senantiasa mengandung kebaikan. Hal demikian itu tidak akan terjadi, kecuali bagi orang mukmin. Jika ía mendapatkan kesenangan, ia bersyukur, hal itu merupakan kebaikan baginya. Dan jika ia tertimpa kesusahan, ia bersabar. Itupun, juga merupakan kebaikan untuknya.” (HR. Muslim)

BY : MOTIVATOR IDEOLOGIS
-----------------------------------
MULIA KITA DENGAN MEMBERI, ABADIKAN YANG TERSISA DENGAN SEDEKAH bersama http://www.rumah-yatim-indonesia.org/
------------------------------------
Rekening Rumah Yatim Indonesia

Bank BCA :
Cabang Tasikmalaya
054 0766 100 atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia (Recomended)
KCU. Kalimalang :
230.38888 96 atas nama Yayasan BANTU
230.0300 807 atas nama Yayasan Husnul Khotimah

Bank MANDIRI :

13 10010 47 1011 Cab.Tasikmalaya, atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia (Recomended)

156.0003 296 409 Cab.Jatibening, atas nama Yayasan Husnul Khotimah

Bank MUAMALAT:

0001.358.656 Cab.Tasikmalaya, atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia (Recomended)

305.00116.15 Cab.Kalimalang, atas nama Yayasan Husnul Khotimah

Bank SYARIAH MANDIRI :
70 323 619 48 Cab.Tasikmalaya, atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

Bank BNI :

0244 928 496 Cab.Tasikmalaya, atas nama Rumah Yatim Indonesia

BNI Syari'ah :

65 235 181 41 Cab.Tasikmalaya, atas nama Rumah Yatim Indonesia

Bank BRI :

01000 1055 2255 02 Cab.Tasikmalaya, atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

Bank bjb :

001 777 8552 100 Cab.Tasikmalaya, atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

Bagi Anda YANG INGIN konfirmasi silahkan SMS atau Hubungi ke 081313999801 atau 087885554556

0 komentar:

Posting Komentar

"Tolong jangan memberikan komentar yang menusuk di hati lalu tembus di jantung admin" :-)